Bahagia
versi sendiri.
Bahagia
itu diciptakan. Pasti kalian pernah bahagia? Atau malah setiap hari
ngerasa bahagia?
Atau
kalian lebih seringnya sedih melihat kebahagiaan orang lain?
Mudah-mudahan ga gitu ya. Hehe.
Kenapa
bisa dibilang bahagia itu diciptakan. Karna setiap hari saya juga
suka nyari-nyari cara bikin kebahagiaan versi sendiri. Orang
menyebalkan selalu ada, keadaan yang bikin kita badmood juga selalu
ada. Ya gak sih?
Contoh
singkat yg sering terjadi sehari hari. Kadang jalanan macet banget,
kadang atasan seenaknya nyuruh-nyuruh, kadang ngelakuin ekspetasi
tapi ga sesuai, dan banyak lagi yang bikin bete karena hal lain.
Nah
begitulah kehidupan ada yang berlawanan, ketika kita ngerasa bahagia
pasti pernah ngerasa sedih juga, adakalanya kita sehat tapi nanti
bisa sakit. Ya gitu aja siklusnya. Tergantung ke diri kita bagaimana
menyikapi semua hal yang datang.
Tapi
saya selalu menyayangkan melihat orang lain yg "iri" akan
kebahagiaan orang lain. Kembali ke judul postingan ini, "Menciptakan
kebahagiaan" kenapa tidak menciptakan kebahagian versi sendiri?
bahagia itu berawal dari hal kecil. Jadi apapun yg kalian punya,
syukuri.
Di
mata kalian, saya memang figur yang tidak pernah serius. "Yesika
selalu bercanda kerjaanya" ga gitu kok, saya bisa serius saat
waktunya memang harus serius. Hidup saya adalah semau saya. Apakah
kalian pikir saya tidak punya rencana dan target? Punya. Saya
memiliki target hidup dan rencana (bahkan rencana harian yang
detail). Mungkin sedikit berbeda. Karena semua rencana dan target
tersebut saya tentukan berdasarkan standard ideal versi saya sendiri.
Kenapa?
Karena mengejar ideal versi orang lain itu melelahkan. Percayalah.
Kalian
tahu, yang saya punya ga lebih dari yang kalian punya juga. Lalu
kenapa saya masih bangga? Karena dengan itu pun saya bahagia. Yang
saya percaya, jalan kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Bahagia
itu seperti jodoh, sudah ada pasangannya masing-masing. Mengejar
bahagia seperti orang lain? Mungkin akan seperti mengejar jodoh orang
lain. Gak akan berakhir bahagia, karena bukan tulang rusukmu.
Setiap
orang adalah individu yang berbeda. Kamu adalah kamu, dan aku adalah
aku. Kenyataan bahwa kita hidup berdampingan dan saling
ketergantungan di dunia sosial ini memang ga akan bisa dipungkiri.
Tapi
bagi saya, itu bukan alasan untuk menjadikan pikiran saya terus
terfokus pada pendapat dan opini orang lain. Karna apabila hidup
selalu bergantung akan komentar orang lain itu cuma membuang buang
waktu.
Alhamdulillah
saya memiliki orang-orang disekitar saya yg selalu mengajari untuk
menjauhkan sifat negatif thinking. Orang tua, sahabat, teman teman
saya. Karna hidup yang sehat adalah hidup yg memiliki pemikiran
bersih, dan positif kedepan.
Memandang
orang lain dan lingkungan sekitar memang diperlukan. Tentunya untuk
menghindari stagnansi di kehidupan kita sendiri. Tetapi ini juga
bukan alasan untuk menjadikan diri saya serupa mereka. Buat saja itu
tujuan untuk memotivasi diri sendiri. Bukan untuk menciptakan ambisi.
Untuk
apa takut akan kekurangan diri sendiri? Toh kita sudah sama-sama tau
orang lain memiliki kelebihan-kelebihan di sisi yang lainnya.
Karena
rumput tetangga selamanya akan lebih hijau, mengapa ga merawat rumput
yang sudah kita miliki? Kalau toh ‘rumput tetangga yang lebih
hijau’ itu diberikan, adakah yang bisa menjamin bahwa akan lebih
bahagia?
Selalu
percaya bahwa kebahagiaan dan target hidup tersebut kalian tentukan
berdasarkan ukuran versi kalian sendiri? Berdasarkan ukuran ideal
versi diri sendiri, berarti kalian sudah menakar sampai seberapa jauh
kemampuan kalian. Kalau jawabannya iya, lantas mengapa kalian masih
saja mengeluh lelah?
Percaya deh, ketika kalian lelah mengejar target
tersebut, berhenti sejenak dan putuskan sebenarnya target siapa yang
sedang kalian kejar. Kalau bukan target diri sendiri, tinggalkan.
Pandanglah orang lain. Tapi jangan sampai membuang waktu yang
seharusnya kita pakai untuk membangun diri kita sendiri.
Jangan
sampai lelah atas kesusahan yang kalian bangun pelan-pelan. Kembali
kepada diri kita sendiri, sebenarnya apa yang kita cari. Bercermin
pada kehidupan orang lain, tapi jangan terlalu lama. Masih ada
kehidupan kita sendiri yang lebih asyik untuk dipikirkan.
Tuhan
itu Maha Adil. Termasuk dalam pembagian kebahagiaan yang pasti ada,
di antara segala kesusahan yang juga kadang diberikan. Karena sepahit
apapun kesukaran itu, Tuhan tidak mendidik kita untuk menjadi
penggerutu.
Susah.
Tapi kita juga telah dibekali dengan kemampuan untuk belajar. Jadi,
cukup adil bukan?
Happy
wednesday and happy working! :)
![]() |
Sorry to use photo shania. Seeing her smile like this instantly puts me in a good mood for the rest of the day. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar