Selasa, 07 Februari 2017

Creating Happiness

Bahagia versi sendiri.

Bahagia itu diciptakan. Pasti kalian pernah bahagia? Atau malah setiap hari ngerasa bahagia?

Atau kalian lebih seringnya sedih melihat kebahagiaan orang lain? Mudah-mudahan ga gitu ya. Hehe.

Kenapa bisa dibilang bahagia itu diciptakan. Karna setiap hari saya juga suka nyari-nyari cara bikin kebahagiaan versi sendiri. Orang menyebalkan selalu ada, keadaan yang bikin kita badmood juga selalu ada. Ya gak sih?

Contoh singkat yg sering terjadi sehari hari. Kadang jalanan macet banget, kadang atasan seenaknya nyuruh-nyuruh, kadang ngelakuin ekspetasi tapi ga sesuai, dan banyak lagi yang bikin bete karena hal lain.

Nah begitulah kehidupan ada yang berlawanan, ketika kita ngerasa bahagia pasti pernah ngerasa sedih juga, adakalanya kita sehat tapi nanti bisa sakit. Ya gitu aja siklusnya. Tergantung ke diri kita bagaimana menyikapi semua hal yang datang.

Tapi saya selalu menyayangkan melihat orang lain yg "iri" akan kebahagiaan orang lain. Kembali ke judul postingan ini, "Menciptakan kebahagiaan" kenapa tidak menciptakan kebahagian versi sendiri? bahagia itu berawal dari hal kecil. Jadi apapun yg kalian punya,
syukuri.

Di mata kalian, saya memang figur yang tidak pernah serius. "Yesika selalu bercanda kerjaanya" ga gitu kok, saya bisa serius saat waktunya memang harus serius. Hidup saya adalah semau saya. Apakah kalian pikir saya tidak punya rencana dan target? Punya. Saya memiliki target hidup dan rencana (bahkan rencana harian yang detail). Mungkin sedikit berbeda. Karena semua rencana dan target tersebut saya tentukan berdasarkan standard ideal versi saya sendiri.

Kenapa? Karena mengejar ideal versi orang lain itu melelahkan. Percayalah.

Kalian tahu, yang saya punya ga lebih dari yang kalian punya juga. Lalu kenapa saya masih bangga? Karena dengan itu pun saya bahagia. Yang saya percaya, jalan kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Bahagia itu seperti jodoh, sudah ada pasangannya masing-masing. Mengejar bahagia seperti orang lain? Mungkin akan seperti mengejar jodoh orang lain. Gak akan berakhir bahagia, karena bukan tulang rusukmu.

Setiap orang adalah individu yang berbeda. Kamu adalah kamu, dan aku adalah aku. Kenyataan bahwa kita hidup berdampingan dan saling ketergantungan di dunia sosial ini memang ga akan bisa dipungkiri.

Tapi bagi saya, itu bukan alasan untuk menjadikan pikiran saya terus terfokus pada pendapat dan opini orang lain. Karna apabila hidup selalu bergantung akan komentar orang lain itu cuma membuang buang waktu.

Alhamdulillah saya memiliki orang-orang disekitar saya yg selalu mengajari untuk menjauhkan sifat negatif thinking. Orang tua, sahabat, teman teman saya. Karna hidup yang sehat adalah hidup yg memiliki pemikiran bersih, dan positif kedepan.

Memandang orang lain dan lingkungan sekitar memang diperlukan. Tentunya untuk menghindari stagnansi di kehidupan kita sendiri. Tetapi ini juga bukan alasan untuk menjadikan diri saya serupa mereka. Buat saja itu tujuan untuk memotivasi diri sendiri. Bukan untuk menciptakan ambisi.

Untuk apa takut akan kekurangan diri sendiri? Toh kita sudah sama-sama tau orang lain memiliki kelebihan-kelebihan di sisi yang lainnya.

Karena rumput tetangga selamanya akan lebih hijau, mengapa ga merawat rumput yang sudah kita miliki? Kalau toh ‘rumput tetangga yang lebih hijau’ itu diberikan, adakah yang bisa menjamin bahwa akan lebih bahagia?

Selalu percaya bahwa kebahagiaan dan target hidup tersebut kalian tentukan berdasarkan ukuran versi kalian sendiri? Berdasarkan ukuran ideal versi diri sendiri, berarti kalian sudah menakar sampai seberapa jauh kemampuan kalian. Kalau jawabannya iya, lantas mengapa kalian masih saja mengeluh lelah? 

Percaya deh, ketika kalian lelah mengejar target tersebut, berhenti sejenak dan putuskan sebenarnya target siapa yang sedang kalian kejar. Kalau bukan target diri sendiri, tinggalkan. Pandanglah orang lain. Tapi jangan sampai membuang waktu yang seharusnya kita pakai untuk membangun diri kita sendiri.

Jangan sampai lelah atas kesusahan yang kalian bangun pelan-pelan. Kembali kepada diri kita sendiri, sebenarnya apa yang kita cari. Bercermin pada kehidupan orang lain, tapi jangan terlalu lama. Masih ada kehidupan kita sendiri yang lebih asyik untuk dipikirkan.

Tuhan itu Maha Adil. Termasuk dalam pembagian kebahagiaan yang pasti ada, di antara segala kesusahan yang juga kadang diberikan. Karena sepahit apapun kesukaran itu, Tuhan tidak mendidik kita untuk menjadi penggerutu.

Susah. Tapi kita juga telah dibekali dengan kemampuan untuk belajar. Jadi, cukup adil bukan?

Happy wednesday and happy working! :)

Sorry to use photo shania. Seeing her smile like this instantly puts me in a good mood for the rest of the day.