Apa yang
tersirat di benak kalian kalau gue sebut kata-kata semacam ‘kasih tak sampai’,
‘cinta bertepuk sebelah tangan’, ‘pemuja rahasia’ atau kata paling hits ala ABG
zaman sekarang, ‘galau’? ‘Sendu?’ Atau, ‘Tangis?’
Semoga konsep ‘Kegalauan’
kalian segera berubah setelah mendengar lagu yang satu ini.
Rilisan
milik trio folk asal Lampung ini diberi judul There’s One Thing You Should
Know. Sebenarnya ada 4 single lain dalam mini album pertama mereka. Namun kali
ini gue cuma akan bercuap-cuap tentang lagu ini aja. Lagu yang sempat selama berhari-hari
merajai playlist gue. Di laptop, di ipod, bahkan di store temen yang
speaker-nya gue ‘bajak’.
Jangan tanyakan sebabnya, sebab posting ini bukan gue tujukan
untuk curhat bombay. Haha.
Lugas. Inilah
poin pertama –dan yang paling utama sepertinya, yang gue dapet setelah
mendengarkan trek ini. Hanya menampilkan suara sang vokalis diiringi petikan
gitar yang chord serta petikannya tak
kalah sederhana. Ga ada instrumen lain yang ditampilkan dalam lagu ini,
sekalipun di lagu lainnya Afternoon Talk juga menyisipkan suara glockenspiel
dan guitalele.
Kesan sederhana
lain juga gue dapet dari liriknya. Sama sekali ga ada kata-kata sastrawi dan
berbunga-bunga. Semuanya disampaikan secara lugas. Simak penggalan bait pertama
berikut :
I wanna
be, I wanna be with you
In the
middle of the rain when the thunders come and strain
I will
never ever steal your coat
I’ll be
by your side to challenge the cold
Mungkin
seperti kembali membuka buku diktat Bahasa Inggris semasa SMP ya? Deskripsi
yang lugas tanpa konotasi yang membingungkan. Bahkan dalam hal merayu pun,
Afternoon Talk seperti ga tergoda untuk merepresentasikannya secara berlebihan.
Tapi, menurut gue, justru di sinilah istimewanya. Pesan mengenai cinta yang tak
kunjung sampai disampaikan dengan cara yang berbeda dari yang selama ini sering
kita jumpai. Yang luar biasa menggalaukan, lalu berujung pada lirik menyayat
hati dan memeras air mata.
Dear,
para pembuat lirik lagu, patah hati sebenarnya ga sekronis itu kok! Maybe. :p
Simak
juga bait berikutnya :
I’d like
to be, I’d like to be with you
In the
middle of the war, I’ll be wearing what you wore
I will
never ever let you stand in the front and get shoot
Selain
lirik yang ga berbelit-belit, gue suka banget sama pengandaian yang mereka
gunakan. Imajiner dan berbeda. Poin yang sama gue dapatkan dalam kalimat
favorit gue berikut ini :
If I were
with you, we’ll watch oldies movies until it’s late
Terimakasih,
Afternoon Talk. Kalian membuat pengandaian sederhana semacam ‘menonton film
sampai tengah malam’ menjadi terkesan lebih romantis daripada candle light
dinner di tepi pantai. Pengobat kebosanan juga atas pengandaian-pengandaian
yang sering gue dengar dari kebanyakan lagu.
Part
terakhir lagu ini ditutup dengan bait berikut :
Don’t
need to be your lover
I just
wanna be with you
I don’t
need more, anything from you..
Karakter
vokal yang natural tanpa ornamen dan improvisasi berlebihan ala ajang pencarian
bakat, lirik dan instrumen yang sederhana serta langgam lagu yang easy
listening, pada akhirnya justru menjadi poin istimewa. Tema yang sebenarnya ga
sulit dijumpai di dalam berbagai lagu lain, namun dikemas dalam format yang
fresh dan berbeda.
Semoga aja
lagu ini –dan lagu-lagu Afternoon Talk yang lain, mampu mengubah mindset para
pembuat lagu lainnya. Rayuan ga selalu harus gombal. Dan kegalauan ga selalu sendu
apalagi bernada menye-menye.
Btw, gue
bukan jurnalis music. Gue cuma pendengar yang kebetulan jatuh cinta sama lagu
ini. Terserah tulisan ini mau di kategorikan sebagai apa. Hmmmm apa ya. Review? Bukan. Namun
gue lebih suka menyebutnya ‘curhat’. Curhat disela sela waktu senggang menunggu
pekerjaan-pekerjaan yang bisa diselesaikan. Karna menulis salah satu bentuk membunuh rasa bosan.
Subjectif?
Bisa dibilang begitu. Hahaha sudahlah...
Subjectif?
Bisa dibilang begitu. Hahaha sudahlah...
Selamat
pagi dan selamat beraktivitas. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar