Selasa, 01 September 2015

Mendengarkan : Afternoon Talk – There's One Thing You Should Know

Apa yang tersirat di benak kalian kalau gue sebut kata-kata semacam ‘kasih tak sampai’, ‘cinta bertepuk sebelah tangan’, ‘pemuja rahasia’ atau kata paling hits ala ABG zaman sekarang, ‘galau’? ‘Sendu?’ Atau, ‘Tangis?’ 


Semoga konsep ‘Kegalauan’ kalian segera berubah setelah mendengar lagu yang satu ini.

Rilisan milik trio folk asal Lampung ini diberi judul There’s One Thing You Should Know. Sebenarnya ada 4 single lain dalam mini album pertama mereka. Namun kali ini gue cuma akan bercuap-cuap tentang lagu ini aja. Lagu yang sempat selama berhari-hari merajai playlist gue. Di laptop, di ipod, bahkan di store temen yang speaker-nya gue ‘bajak’.

Jangan tanyakan sebabnya, sebab posting ini bukan gue tujukan untuk curhat bombay. Haha.

Lugas. Inilah poin pertama –dan yang paling utama sepertinya, yang gue dapet setelah mendengarkan trek ini. Hanya menampilkan suara sang vokalis diiringi petikan gitar yang chord  serta petikannya tak kalah sederhana. Ga ada instrumen lain yang ditampilkan dalam lagu ini, sekalipun di lagu lainnya Afternoon Talk juga menyisipkan suara glockenspiel dan guitalele.

Kesan sederhana lain juga gue dapet dari liriknya. Sama sekali ga ada kata-kata sastrawi dan berbunga-bunga. Semuanya disampaikan secara lugas. Simak penggalan bait pertama berikut :

I wanna be, I wanna be with you
In the middle of the rain when the thunders come and strain
I will never ever steal your coat
I’ll be by your side to challenge the cold

Mungkin seperti kembali membuka buku diktat Bahasa Inggris semasa SMP ya? Deskripsi yang lugas tanpa konotasi yang membingungkan. Bahkan dalam hal merayu pun, Afternoon Talk seperti ga tergoda untuk merepresentasikannya secara berlebihan. Tapi, menurut gue, justru di sinilah istimewanya. Pesan mengenai cinta yang tak kunjung sampai disampaikan dengan cara yang berbeda dari yang selama ini sering kita jumpai. Yang luar biasa menggalaukan, lalu berujung pada lirik menyayat hati dan memeras air mata.

Dear, para pembuat lirik lagu, patah hati sebenarnya ga sekronis itu kok! Maybe. :p

Simak juga bait berikutnya :

I’d like to be, I’d like to be with you
In the middle of the war, I’ll be wearing what you wore
I will never ever let you stand in the front and get shoot

Selain lirik yang ga berbelit-belit, gue suka banget sama pengandaian yang mereka gunakan. Imajiner dan berbeda. Poin yang sama gue dapatkan dalam kalimat favorit gue berikut ini :

If I were with you, we’ll watch oldies movies until it’s late

Terimakasih, Afternoon Talk. Kalian membuat pengandaian sederhana semacam ‘menonton film sampai tengah malam’ menjadi terkesan lebih romantis daripada candle light dinner di tepi pantai. Pengobat kebosanan juga atas pengandaian-pengandaian yang sering gue dengar dari kebanyakan lagu.

Part terakhir lagu ini ditutup dengan bait berikut :

Don’t need to be your lover
I just wanna be with you
I don’t need more, anything from you..

Karakter vokal yang natural tanpa ornamen dan improvisasi berlebihan ala ajang pencarian bakat, lirik dan instrumen yang sederhana serta langgam lagu yang easy listening, pada akhirnya justru menjadi poin istimewa. Tema yang sebenarnya ga sulit dijumpai di dalam berbagai lagu lain, namun dikemas dalam format yang fresh  dan berbeda.

Semoga aja lagu ini –dan lagu-lagu Afternoon Talk yang lain, mampu mengubah mindset para pembuat lagu lainnya. Rayuan ga selalu harus gombal. Dan kegalauan ga selalu sendu apalagi bernada menye-menye.

Btw, gue bukan jurnalis music. Gue cuma pendengar yang kebetulan jatuh cinta sama lagu ini. Terserah tulisan ini mau di kategorikan sebagai apa. Hmmmm apa ya. Review? Bukan. Namun gue lebih suka menyebutnya ‘curhat’. Curhat disela sela waktu senggang menunggu pekerjaan-pekerjaan yang bisa diselesaikan. Karna menulis salah satu bentuk membunuh rasa bosan.

Subjectif? 
Bisa dibilang begitu. Hahaha sudahlah...


Selamat pagi dan selamat beraktivitas. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar